Minggu, 14 Februari 2010

The Man on the Move: Introduction

14 Februari 2010 09:04 P.M.

Halo teman-teman, inilah blog dari beberapa blog yang aku buat. Bukan seperti blog-blogku yang lain yang bertema politik internasional, atau pemikiran filsafat, tapi di sini aku khususkan untuk tulisan-tulisan yang subjectnya lebih ke curhat sih. What?Curhat? Kayaknya nggak banget! Apalagi buat cowok kaya aku gini. Aku piker nggak juga sih. Apa yang ingin aku ceritakan disini bukan cerita-cerita desparate sampah yang nggak ada hikmahnya sama sekali. Tapi aku berusaha nulis pengalaman-pengalamanku dan hikmah apa yang aku dapat darinya. Sehingga, bisa juga dijadikan pertimbangan teman-teman ketika menemui suatu kondisi seperti yang udah tak alami.

Lalu kenapa alamat blogku ini themanonthemove? Aku terinspirasi nama blog seperti ini dari Film The Perfect Man. Tapi di sana nama blognya bukan the mon on the move, tapi the girl on the move. Maksud aku buat demikian sih karena aku orang yang sangat dinamis dalam keseharian. Baik itu dalam masalah prinsip, preferensi, bahkan cinta. Ya, I am the man who keep moving. Benar juga kalau orang-orang lain bilang aku sulit ditebak, lha wong aku aja sulit nebak sikapku sendiri kok. Wajar! Kata salah seorang temanku ketika aku konfirmasi, “Apa aku ini orangnya sulit ditebak?” Dia jawab, “Iya! Sulit!.” Aku tanya, “Bagus nggak sih jadi orang sulit ditebak?” “Bagus enggaknya sih tergantung, tapi memang anak pinter biasanya sulit ditebak kok, hhe” Ada-ada aja temanku ini, bilang aku pinter. Bilang aja kalau nggak bisa jawab pertanyaanku, kataku dalam hati. Apa benar jawaban temanku tadi?

Sebagai sharing pengalamanku yang pertama aku ingin bercerita kejadian yang sangat menarik di Bank Mandiri Cabang Jalan Kaliurang (Tempat Khusus Pembayaran Mahasiswa UGM) 26 Januari 2010 lalu ketika jadwal pembayaran SPP Semester II. Aku datang ke Bank jam 11 Siang. Otomatis di sana udah rame, antrean panjang. Semua teller sibuk melayani puluhan mahasiswa yang melakukan transaksi. Ruangan penuh sesak, untuk bergerak pun sangat sulit. Aku antri di salah satu barisan yang aku anggap paling pendek. Ada sekitar 15 orang didepanku. Aku nggak tahu kenapa, tapi perasaan kok tellernya lama banget nglayani satu konsumen. Nggak papalah batinku, toh yang ngrasain nggak cuma aku. Orang yang dibelakangku lebih parah malah.

Aku berdiri mengantri sambil membaca novel “Simple Genius” nya David Baldacci. Sekitar 20 menit aku udah berdiri, lumayan tinggal 3 orang lagi didepanku. Aku capek baca, novel aku taruh di tas. Siap-siap ngluarin uang biar ntar di teller nggak perlu ribet hitung uang lagi. Setelah itu aku lihat ke sekeliling yang ternyata ruangan ini tetep saja penuh. Di sampingku ada kursi antrean yang dipake buat nunggu, tapi aku tak menggunakannya. Di situ ada seorang cewek, mahasiswa tentunya. Dia tampaknya BT banget antri panjang, makanya duduk. Tiba-tiba ada seorang cowok yang mendatanginya. “Kamu udah bayar belum?” “Belum!” Jawab cewek itu. Cowok itu bilang, “Mana uangnya, sini aku serobotin. Mumpung di barisan pertama, ada temanku tuh!” “Ohh, ini!”. Dengan sok pahlawan cowok itu bilang, “Ayo kamu ikut aku!” Ternyata teman yang dimaksud di barisan pertama itu adalah orang yang sekarang antri pertama di barisanku. BARISANKU! Cowok dan cewek tadi, setelah temannya yang antri pertama selesai membayar, menggantikan posisinya. Dengan PD, tanpa melihat orang-orang yang antri dibelakangnya, TERMASUK AKU!

Orang-orang yang antri di belakangku pada menggerutu, menunjukkan sikap sebel! Mereka bilang uhhh..ini orang! Nggak tahu ini kita-kita antri dari tadi. Tapi gerutuan ini tentunya nggak kedengaran sama cowok dan cewek si penyerobot ini, maklum gerutuannya emang pelan dan nggak frontal. Bagaimana keadaan emosiku saat itu? Jelas, MARAH BESAR! Apalagi ditambah ketika tidak ada orang, khusunya yang antri di nomor dua, mengingatkan cowok cewek itu buat tidak nyrobot. Perhatikan apa yang aku lakukan kemudian!

Beberapa menit kemudian transaksi selesai, si cowok langsung keluar bank melewati kerumunan. Namun tidak melewatiku. Sedangkan si cewek balik ke tempat duduk di samping aku tadi, mungkin dia nge check ada yang ketinggalan di bangku nggak! Dari belakang aku tepuk pundak cewek itu, kemudian dia berbalik! Aku katakana, “Mbak Mahasiswa UGM bukan sih? Kok bodo banget. Nggak tahu orang-orang ini pada antri dari tadi apa? Emang kalau bisa nyrobot terus hebat? Bilang sama teman mbak tadi buat tes kejiwaan! Besok lagi antri!” Cewek itu diam aja, menunduk. Dia mungkin malu karena aku kata-katain di tengah keramaian. Dia mungkin marah dengan kata-kataku yang kasar. Dan dia mungkin merasa bersalah karena tidak antri. Perasaan itu bercampur jadi satu. Kemudian aku katakan, “Sekarang mbak harus minta maaf sama semua orang yang antri di barisan ini, Sekarang!!” Dengan canggung, cewek ini menuruti perintahku, minta maaf sama orang-orang yang antri. Ada sekitar 15 orang yang dimintai maaf. Setelah selesai dia nggak balik ke aku, tapi langsung keluar bank. Nggak tahu kenapa alasannya, yang jelas aku belum jadi dimintai maaf sekaligus “minta maaf” kekasaranku. Yaudahlah, kataku!

Aku terus lihat raut muka orang-orang yang ada disekelilingku. Mereka senyum-senyum! Apanya yang lucu? Kataku di dalam hati. Tiba-tiba orang di belakangku menyapaku “Mas, namanya siapa, jurusan apa? “Saya Ghufron HI 2009! Lha masnya?” Yang menanyakan aku ini adalah mahasiswa fakultas Sastra 2007. Dia kemudian memuji dan mengucapkan terimakasih atas yang aku lakukan tadi. Dan dia sedikit curhat, capeknya nunggu. Aku membatin, nggak perlu terimakasih, nggak penting. Lagipula aku melakukan ini bukan untuknya melainkan buat diriku sendiri! Lagipula ngapain masnya ini tadi nggak berani nyegah cewek tadi nyrobot!angkatan 2007 lagi. Its weird I think! Tiba-tiba giliranku sampai, aku membayar dengan uang yang udah aku siapkan tadi. Selesai terus aku keluar. “Duluan saya mas!” Aku pamit ke mas fakultas sastra tadi. Melewati krumunan antrian, orang-orang masih pada memandangku. “Jadi artis mendadak aku, ternyata gampang ya,hhe”

Apakah aku telalu kejam? Yang jelas marilah simak apa yang mau aku sampaikan dengan cerita tadi. Pertama, Perjuangkanlah hakmu sendiri, jangan berharap orang lain membantumu. Dalam konteks ini aku memperjuangkan hakku untuk mendapatkan jatah antriku sesuai seharusnya. Ya, aku tidak berhasil mencegah cewek tadi nyerobot karena memang aku bertujuan untuk memberi pelajaran kepadanya. Itu sudah pada level yang lebih tinggi/lebih “parah”, karena kalau tidak berani cukup mengingatkan cewek tersebut buat nggak nyrobot. Kedua, ingat pelajaran agama tentang amar ma’ruf nahi munkar, menegakkan kebenaran? Maka perhatikan, sesungguhnya yang aku lakukan tadi dalam rangka demikian. Kalau tetap dibiarkan, gimana Indonesia bisa tertib dan dihormati, lha wong para akademisinya aja (UGM lho!) pada kaya gini. Ketiga, percaya dirilah terhadap sesuatu yang kamu anggap benar (dan memang benar). Jangan bisu, jangan takut! Karena hal ini jelas merugikan kamu karena tidak mendapatkan hak seharusnya yang kamu dapatkan, dan tentunya kamu kehilangan kesempatan beramal baik.

Tidak ada komentar: